0
INKONSISTENSI
Posting saya kali ini, lagi-lagi terinspirasi dari posting seorang teman sebelumnya. Mungkin, posisi kami sama. Sama-sama sebagai orang yang mempertanyakan satu hal : Kenapa, untuk menjadi baik itu kita sering kali mencong sana sini.
Pernahkan teman-teman merasakannnya... Saat punya niat melakukan suatu kebaikan, sudah punya arahan jalan kemana, namun saat pelaksanaannya, ternyata sama atau bahkan lebih sulit dari berjalan dengan mata tertutup. Nabrak-nabrak.
Sakit. Jatuh. Berbuat bodoh. Nyebur selokan atau terperosok ke lubang.
Huff.
Lalu kenapa ya, kita seringkali bertindak berbeda, jauh berbeda dari yang kita rencanakan awalnya. Bahasa teman saya : INKONSISTEN.
Contoh kecil : Di akhir semester, saya selalu punya target untuk lebih rajin dan fokus pada studi. Tapi di akhir semester, saya selalu menyesali, kenapa tergoda ini itu.
Huh. Manusia...
Kenapa sangat suka bersahabat dengan penyakit inkonsisten ini?
Kenapa ya?
Pernahkan teman-teman merasakannnya... Saat punya niat melakukan suatu kebaikan, sudah punya arahan jalan kemana, namun saat pelaksanaannya, ternyata sama atau bahkan lebih sulit dari berjalan dengan mata tertutup. Nabrak-nabrak.
Sakit. Jatuh. Berbuat bodoh. Nyebur selokan atau terperosok ke lubang.
Huff.
Lalu kenapa ya, kita seringkali bertindak berbeda, jauh berbeda dari yang kita rencanakan awalnya. Bahasa teman saya : INKONSISTEN.
Contoh kecil : Di akhir semester, saya selalu punya target untuk lebih rajin dan fokus pada studi. Tapi di akhir semester, saya selalu menyesali, kenapa tergoda ini itu.
Huh. Manusia...
Kenapa sangat suka bersahabat dengan penyakit inkonsisten ini?
Kenapa ya?
Posting Komentar